TEMPAT KAMI MELAPORKAN


Terjemahkan halaman dengan Google

Proyek Juni 27, 2022

Nasib Yaki (Macaca nigra) di tengah ancaman deforestasi, tambang dan maraknya konsumsi daging satwa liar

Negara:

Penulis:

Yaki atau monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) adalah satwa endemik yang terdapat di pulau Sulawesi bagian Utara dan beberapa pulau di sekitarnya, menghadapi ancaman kepunahan karena populasinya terus menurun hingga 80 persen dalam 40 tahun terakhir.

Satwa eksotis ini ditetapkan sebagai jenis satwa dilindungi sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.92/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Yaki juga berstatus critically endangered dalam daftar IUCN dan masuk dalam Appendix II CITES.

Meski Yaki masih bisa dijumpai di hutan primer dan sekunder namun eksistensinya sangat berisiko karena perburuan, konversi lahan, dan illegal logging dan pertambangan. Sebagian besar masyarakat Minahasa gemar mengkonsumsi daging satwa eksotis, termasuk daging Yaki. Mereka memburu Yaki di kawasan tidak terlindungi yang tersebar di daratan Minahasa, Bolaang Mongondow hingga Gorontalo.

Beberapa riset menyebut bahwa populasi dan tingkat persebaran Yaki turun drastis terutama karena perburuan liar dan berkurangnya hutan sebagai habitat asli. Saat ini diperkirakan, hanya sekitar 5.000 populasi Yaki yang tersisa dan hanya sekitar 2.000-an ekor berada di Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara, serta di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang mencakup wilayah Bolaang Mongondow dan Gorontalo yang juga sangat rentan.

Kedua kawasan terproteksi ini yang dikelola KLHK selain menghadapi ancaman illegal logging, pertambangan, pembukaan lahan juga masalah kekurangan sumber daya manusia.