WHERE WE REPORT


Translate page with Google

Story Publication logo May 18, 2022

Abundant Water in Mnera Sisimeni (bahasa Indonesia)

Country:

Author:
A man measures and examines plants using a stick while squatting in the rainforest.
English

The Herman Johannes Forest Park has an area of 1,900 hectares. It is located in 12 villages and four...

SECTIONS

PASOKAN AIR DARI TAHURA: Petani menanam padi di area persawahan Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, NTT, beberapa waktu lalu. Area persawahan tersebut mendapat pasokan air yang bersumber dari Taman Hutan Raya (Tahura) Prof Ir Herman Johannes. Foto oleh Palce Amalo. Indonesia, 2022.

SEBUAH bekas sumur bor tua tertutup rapat dengan besi di antara pepohonan sonokeling yang rindang di tengah kawasan hutan.

Sumur itu merupakan bekas pengeboran air yang dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 1996, tepatnya di wilayah bernama Mnera Sisimeni (Rata Amarasi) atau dataran rendah dalam kawasan Tahura Prof Ir Herman Johannes.

Ketika itu, pemerintah berniat mengalirkan air permukiman penduduk jauh di bagian selatan yang berbatasan dengan Laut Timor. Namun, di luar dugaan, semburan air dari mulut sumur berbuah bencana.

Aliran air dari belasan mata air lainnya yang berhulu di kawasan hutan tiba-tiba terhenti. Debit Air Terjun Tesbatan di Desa Oenoni II, Kecamatan Amarasi, berkurang dari biasanya 100 liter per detik. Ada 14 mata air yang berhulu di sana serta Danau Apren dan Nefreu. Air mengalir ke desa-desa di sekitar kawasan hutan melalui tujuh sungai.


As a nonprofit journalism organization, we depend on your support to fund journalism covering underreported issues around the world. Donate any amount today to become a Pulitzer Center Champion and receive exclusive benefits!


Kerena itu, beberapa hari pascapengeboran, pekerja kembali ke sana untuk menutup mulut sumur, barulah aliran air kembali mengalir normal sampai sekarang. Di waktu yang lain, warga membuang batang pohon di salah mata air. Praktik itu bertujuan mengetahui hilir dari mata air tersebut. Beberapa hari berselang, batang pisang ditemukan di salah satu sumber air di Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, yang berjarak tak kurang 30 kilometer di bagian barat.

Itu sebabnya Mnera Sisimeni bukan sembarang mata air. “Bisa jadi itu pusat mata air, atau ada danau besar di bawah tanah,” kata Yeri Keo, warga Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi, yang saat pengeboran air masih duduk di kelas III SMP Buraen, Amarasi Selatan.

Saban pagi, remaja itu bersama teman-temannya berjalan kaki dari Kotabes ke Buraen sejauh 3 kilometer. “Kami lewat tempat itu. Kalau turun hujan 15 menit saja, area itu langsung berubah jadi danau,” cerita Yeri Keo yang kini bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Kantor Camat Kotabes.

Ketergantungan terhadap tahura Tampaknya ketergantungan penduduk Amarasi yang berjumlah 21.631 jiwa terhadap tahura sangat besar. Kebutuhan air bersih, kayu bakar, pakan ternak, bahan bangunan, dan hasil hutan nonkayu seperti kemiri dan madu dipenuhi lewt tahura. Berlimpah air, tetapi tidak semua warga mendapatkan air bersih. Yeri menyadari itu. Ia membeli sebuah mobil tangki berkapasitas 5.000 liter khusus untuk mengangkut air bersih untuk warga. Air diambil dari sumur bor tak jauh dari rumahnya.

Pemesan air tangki dari Amarasi mendapat harga air bersih per tangki antara Rp60 ribu dan Rp100 ribu, tetapi untuk desa-desa terjauh di selatan seharga Rp125 ribu sampai Rp125 ribu per tangki. Karena tahura menjadi penyangga kehidupan, kontribusi masyarakat terhadap pelestarian hutan sangat besar. Cukup mereka memanfaatkan hasil hutan nonkayu, niscaya air yang mengalir dari Mnera Sisimeni pun tetap berlimpah.